Padahal Yosi sangat ingin ikut pindah kerja. Yosi sangat kecewa, dia merasa sudah bekerja keras tapi tidak mendapatkan karier yang lebih baik. Mengapa?
Karena tidak tahan, Yosi menghadap atasannya yang besok akan pindah kerja. Dia mengungkapkan keinginannya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Saat itu, atasannya terpaksa menjelaskan mengapa dia tidak bisa membawa Yosi.
Selama ini Yosi memang bekerja cukup baik, tapi emosi Yosi sangat sulit dikontrol. Dia sering marah-marah kepada para agen asuransi. Dia juga tidak segan membentak mereka apabila mereka minta agar proposal yang mereka perlukan segera dibuat. Bahkan para unit manajer pun sering takut kalau harus meminta bantuannya. Takut dimarahi.
Memang atasannya sudah sering menegurnya, tapi Yosi tidak juga berubah. Yosi hanya tidak berani marah kepada atasannya saja. Kepada orang lain, dia tidak pandang bulu. Apalagi kalau sedang bete, jangan harap ada yang bisa meminta bantuannya.
Sebenarnya atasannya ingin mengajak Yosi pindah karena membutuhkan seorang sekretaris, tapi dia takut kalau-kalau Yosi membawa kebiasaannya yang selalu marah kepada semua orang. Kalau sampai terjadi hal seperti itu, atasannya akan merasa sangat malu. Apalagi dia pindah ke perusahaan besar yang bergerak di bidang jasa, yang sangat mementingkan sikap ramah terhadap semua orang.
Mendengar penjelasan atasannya Yosi merasa bersalah. Dia ingin berubah, tapi dia juga tidak berani menjamin bahwa dirinya akan bisa berubah dalam waktu singkat. Terpaksa Yosi tetap tinggal di cabang itu. Dia berusaha lebih mengendalikan dirinya. Apabila dia ingin marah, dia segera ingat pesan atasannya. Diapun mulai berubah sedikit demi
sedikit. Dia tidak ingin menghambat jenjang kariernya sendiri.
Manfaatkan kesempatan
Vivin bekerja sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan. Dia cukup berpengalaman tapi dia sangat senang memanfaatkan kesempatan atau mencuri waktu. Apabila Vivin harus bertugas keluar untuk bertemu dengan pelanggan, dan selesai pukul dua siang, maka dia akan langsung pulang dan tidak mau kembali ke kantor.
Padahal sebenarnya hanya butuh waktu setengah jam untuk kembali ke kantor dan masih punya waktu dua setengah jam untuk melanjutkan kerjanya.
Atasannya pernah menegur, tapi Vivin masih sering mengulangi perbuatannya. Kadang-kadang dia sengaja mengatur pertemuan agar mendekati jam pulang sehingga tidak perlu kembali ke kantor.
Kalau tidak, dia akan mengarang cerita untuk membenarkan keputusannya untuk langsung pulang. Sebenarnya atasannya tidak keberatan kalau memang waktunya sudah mendekati jam pulang kantor dan hanya dilakukan sekali-kali saja.
Ketika atasannya dipromosikan sebagai direktur, Vivin mengharapkan agar dia diangkat sebagai general manager untuk menggantikannya. Tapi bagaimana atasannya bisa memberikan rekomendasi yang baik mengenai Vivin, kalau selama ini dia begitu sulit diatur dan dinilai kurang bertanggung jawab.
Ketika atasannya dimintai pendapat mengenai Vivin, mau tidak mau dia terpaksa tidak dapat memberikan rekomendasi apapun. Apalagi Vivin memang kurang berprestasi.
Seandainya saja Vivin lebih bersungguh-sungguh dalam bekerja, tidak hanya ingin cepat pulang, dan berusaha meningkatkan prestasinya, maka dia pasti akan dipromosikan.
Sayang sekali, jenjang kariernya terhambat oleh kesalahannya sendiri. Bahkan tak lama kemudian dia terpaksa diberhentikan oleh manajer yang baru, karena prestasinya semakin menurun.
Sayangnya Vivin tidak mau melihat kelemahannya sendiri. Dia menganggap atasannya yang salah, dan perusahaannyalah yang kurang peduli pada karyawan. Seandainya saja dia bisa menyadari kekurangannya dan berusaha berubah, maka belum terlambat baginya untuk membina kariernya lagi.
Apalagi usianya belum 30 tahun, masih sangat muda. Akhirnya dia pindah bekerja di tempat lain dengan gaji yang lebih kecil. Anehnya di tempat baru ini dia tidak juga berubah. Malah karena merasa kurang puas dengan gajinya yang lebih kecil, Vivin semakin malas dan semakin berusaha mencuri waktu kerja. Dia tidak bisa melihat bahwa jenjang
kariernya ditentukan oleh usahanya sendiri, bukan oleh orang lain.
Rahman sudah tiga tahun bekerja. Dia sangat menguasai pekerjaannya. Rahman bekerja di bagian penjualan. Dia selalu siap bila diperlukan, bahkan dia tidak pernah berhenti belajar. Dia selalu menyempatkan waktu untuk bertanya kepada orang lain dan membaca buku. Sebenarnya Rahman ingin dipindahkan ke bagian gudang yang tampaknya tidak terlalu repot seperti yang dialaminya.
Tapi kemudian dia sadar bahwa di posisinya yang sekarang, keahliannya lebih mudah dinilai. Hasil kerjanya lebih mudah diukur. Dia malah semakin rajin bekerja. Dua bulan yang lalu dia pun diangkat sebagai asisten manajer. Rahman tidak mau menghambat kemajuannya sendiri.
Do not ruin your future!
Be positive!
(Sumber: Potensi Diri - Karier oleh oleh Lisa Nuryanti, Pemerhati Etika dan Kepribadian)
BONUS :
Saya tak pernah menjumpai seseorang yang menderita karena terlalu banyak bekerja.
Lebih banyak orang yang menderita karena terlalu banyak ambisi tetapi tak cukup berusaha.
(Dr. James Mantague)
No comments:
Post a Comment